![]() |
| Kenapa Faker Disebut GOAT League of Legends? |
Garasidigital.blog – Cari tahu alasan kenapa Faker
disebut GOAT dalam dunia League of Legends. Dari awal kariernya di T1 hingga
enam kali juara dunia, inilah perjalanan legendaris Lee Sang-hyeok yang bikin
namanya abadi di esports.
Kalau kamu main atau sekadar mengikuti dunia League ofLegends (LoL), pasti sudah nggak asing dengan nama Faker. Pemain asal Korea
Selatan ini bukan cuma jago, dia adalah legenda hidup.
Banyak yang menyebutnya GOAT, singkatan dari Greatest of
All Time, alias pemain terbaik sepanjang masa. Tapi kenapa Faker bisa dapat
gelar sehebat itu? Yuk, kita bahas lebih dalam kisah dan rahasia di balik
kehebatan sang “Unkillable Demon King.”
Dari Pemain Biasa Jadi Ikon Dunia Esports
Nama asli Faker adalah Lee Sang-hyeok, dan karier
profesionalnya dimulai tahun 2013 bersama SK Telecom T1 (yang sekarang dikenal
sebagai T1).
Sejak debut, Faker langsung menunjukkan performa luar biasa
dengan mekanik yang presisi, reaksi cepat, dan kemampuan membaca permainan
lawan dengan sangat akurat.
Banyak pemain hebat datang dan pergi, tapi Faker tetap
konsisten di puncak selama lebih dari satu dekade, hal yang nyaris mustahil di
dunia esports yang serba cepat.
Dari sinilah awalnya muncul julukan “The Unkillable Demon
King”, karena gaya mainnya yang agresif tapi jarang sekali mati sia-sia.
![]() |
| The Unkillable Demon King (Ligagame Esports) |
Koleksi Gelar Faker
Salah satu alasan utama kenapa Faker disebut GOAT tentu
adalah jumlah gelar juara yang absurd banyaknya. Hingga tahun 2025, Faker sudah
mengoleksi:
- Enam
gelar Kejuaraan Dunia (Worlds), rekor terbanyak sepanjang sejarah LoL.
- Dua
gelar Mid-Season Invitational (MSI).
- Sepuluh
gelar LCK (Liga Champions Korea).
Bayangin aja, banyak pemain baru bahkan belum sempat debut,
tapi Faker sudah berkali-kali mengangkat trofi dunia. Dan yang lebih keren, dia
selalu berperan besar di setiap kemenangan, bukan cuma jadi pelengkap tim.
Kemenangan Epik di Worlds 2025
Tahun 2025 jadi momen yang makin mempertegas statusnya
sebagai GOAT. Dalam final dramatis melawan KT Rolster, T1 berhasil menang tipis
3-2. Faker tampil solid, jadi kunci utama yang membawa timnya menyamakan
kedudukan hingga menang di game kelima.
Kemenangan ini nggak cuma bikin T1 jadi tim tersukses
sepanjang sejarah League of Legends dengan enam gelar dunia, tapi juga
menegaskan kalau Faker masih bisa bersinar di era yang penuh pemain muda dan
berbakat.
Banyak analis bilang, kemenangan ini adalah “penutup
sempurna” untuk babak legendaris seorang pemain yang sudah mengubah wajah
esports selamanya.
Gaya Bermain yang Nggak Ada Duanya
Kalau kamu pernah nonton gameplay Faker, pasti tahu kenapa
dia spesial. Faker bukan cuma cepat tangan, tapi juga punya insting permainan
yang luar biasa. Dia tahu kapan harus maju, kapan mundur, dan bagaimana
memanfaatkan kesalahan kecil lawan jadi keuntungan besar.
Selain itu, Faker juga dikenal punya pool champion yang
sangat luas. Dari Zed, LeBlanc, Ryze, Azir, sampai champion baru pun bisa ia
kuasai dengan cepat.
Nggak heran banyak pemain muda yang menjadikan gaya main
Faker sebagai inspirasi, bahkan sebagai standar tertinggi yang ingin mereka
capai.
Kepribadian Rendah Hati di Balik Kejeniusannya
Menariknya, di balik semua gelar dan popularitasnya, Faker
tetap dikenal sebagai sosok yang rendah hati, tenang, dan profesional.
Ia jarang pamer, lebih memilih fokus pada permainan dan
pengembangan tim. Bahkan ketika banyak tawaran besar datang dari luar negeri,
Faker tetap setia di T1, tim yang sudah ia bela sejak awal kariernya.
Sikap inilah yang bikin banyak fans makin menghormatinya, bukan
cuma sebagai pemain terbaik, tapi juga panutan sejati di dunia esports.
Hall of Legends, Pengakuan Resmi Sebagai GOAT
Sebagai bentuk penghormatan tertinggi, Faker resmi menjadi salah
satu pemain pertama yang masuk ke dalam Hall of Legends League of Legends.
Gelar ini bukan cuma simbol, tapi pengakuan bahwa tanpa Faker, sejarah LoL
nggak akan sama.
Dengan dedikasi, kerja keras, dan kontribusinya selama lebih
dari 12 tahun, Faker bukan sekadar pemain, dia adalah simbol kejayaan dan
evolusi esports modern.
Jadi, kenapa Faker disebut GOAT? Jawabannya simple. Karena
dia bukan cuma menang, tapi juga membentuk standar baru tentang arti menjadi
pemain terbaik.
Dari tangan dinginnya lahir momen-momen epik, strategi
brilian, dan inspirasi bagi jutaan pemain di seluruh dunia.
Faker adalah bukti nyata bahwa legenda sejati nggak tercipta
dalam semalam, mereka ditempa oleh waktu, dedikasi, dan cinta terhadap
permainan yang mereka jalani.
Dan untuk dunia League of Legends, nama Lee Sang-hyeok akan
selalu dikenang sebagai “The Unkillable Demon King,” sang GOAT sejati.(***)
.webp)
.jpg)